BIOALKOHOL
Alkohol
yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol,
dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan
aksi mikroorganisme dan enzym melalui fermentasi
gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali
dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena
dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.
Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol)
dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang
menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan
energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung" dalam mesin
bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin). Dan lebih tidak menyebabkan
korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat
didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk
menghasilkan butanol.
Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling
umum di dunia, terutama bahan bakar etanol di Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara
fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, bit gula,
tebu, molasses dan gula atau
amilum yang dapat dibuat minuman beralkohol (seperti kentang
dan sisa buah,
dll). Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk menghasilkan
gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi
dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan
(seringkali menggunakan gas alam).
Produksi
etanol selulosa
menggunakan tanaman non-pangan atau
produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada
siklus makanan.
Memproduksi
etanol
dari selulosa
merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian
masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang
lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik, banyak
proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan
menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.
Ethanol
dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol
dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin
bensin dapat beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin.
Bensin dengan ethanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi,
yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.
Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah,
yang berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan
dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar
dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak (knocking).
Ethanol
sangat korosif
terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminium,
dan ruang pembakaran. Oleh
karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan
pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu
dimodifikasi.
Ethanol
yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena
itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan
konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.
Banyak
produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel,
yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan
100% bioethanol.
Alkohol
dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol dapat tercampur setelah
proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan
bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan,
menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburator
dan komponen dari besi).
0 komentar:
Posting Komentar